Beranda | Artikel
Kaum yang Masuk Surga dengan Rantai
18 jam lalu

Kaum yang Masuk Surga dengan Rantai adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 22 Rabiuts Tsani 1447 H / 14 Oktober 2025 M.

Kajian Tentang Manusia Akan Dibangkitkan Kembali Dari Tulang Ekor

Hadits yang akan dibahas pada kesempatan ini diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. Dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

عَجِبَ اللَّهُ مِنْ قَوْمٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فِي السَّلَاسِلِ

“Allah kagum terhadap suatu kaum yang masuk surga dalam keadaan dirantai (dipaksa masuk surga).” (HR. Bukhari)

Hadits ini menginformasikan salah satu sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu merasa kagum (ta’ajjub). Ini adalah sifat yang wajib ditetapkan bagi Allah karena bersumber dari hadits yang shahih dan disampaikan oleh Ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar dan dibenarkan perkataannya), yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau adalah orang yang paling mengetahui tentang Allah setelah Allah sendiri.

Sebagai orang beriman, wajib hukumnya untuk mengimani informasi dalam Al-Qur’an dan sunnah tentang sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, dalam meyakini sifat-sifat Allah, tidak boleh membayangkan seperti apa bentuknya, menyerupakannya dengan sifat makhluk, atau bertanya-tanya tentang “bagaimana”-nya. Hal-hal tersebut berada di luar jangkauan akal manusia karena bersumber dari wahyu, bukan dari logika semata. Akal yang sehat pasti akan sejalan dengan dalil-dalil naqli (Al-Qur’an dan sunnah). Sebagaimana perkataan para ulama salaf, wahyu ibarat cahaya dan akal ibarat mata. Mata tidak akan bisa melihat tanpa cahaya. Oleh karena itu, Al-Qur’an dan sunnah adalah cahaya yang menerangi akal.

Para ulama memberikan beberapa penafsiran mengenai makna “suatu kaum yang masuk surga dengan dirantai.” Maksudnya bukanlah mereka masuk surga dalam keadaan terbelenggu secara harfiah, melainkan ini adalah gambaran mengenai proses mereka hingga sampai ke surga. Mereka adalah orang-orang yang pada awalnya tidak beriman kepada Islam. Kemudian, dalam sebuah peperangan, mereka menjadi tawanan kaum muslimin. Sebagai tawanan, mereka diikat dan diperkenalkan kepada ajaran Islam. Melalui proses inilah Allah memberikan hidayah, sehingga mereka tertarik dan akhirnya memeluk Islam dengan tulus. Amal-amal kebaikan yang mereka lakukan setelah memeluk Islam menjadi sebab mereka dimasukkan ke dalam surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Penafsiran lain menyebutkan bahwa mereka adalah kaum yang awalnya sangat benci dan tidak menyukai Islam, namun “dipaksa” oleh keadaan (seperti menjadi tawanan) untuk mengenal Islam lebih dekat. Setelah mempelajari dan mengetahui keindahan serta kebenaran Islam, mereka pun memeluknya dengan penuh ketaatan dan keridhaan. Keadaan yang pada mulanya terpaksa justru menjadi jalan bagi mereka untuk meraih surga.

Pentingnya Dakwah

Hadits ini menunjukkan bahwa umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah umat yang berupaya mengeluarkan manusia dari kegelapan, kekafiran, kesyirikan, dan kemunafikan, menuju cahaya Islam yang terang benderang. Umat Islam adalah umat terbaik yang senantiasa menginginkan kebaikan bagi seluruh manusia dengan cara menyebarkan ajaran Islam. Manfaat dari dakwah inilah yang dapat mengantarkan seseorang yang tadinya kafir, musyrik, atau munafik untuk mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itu, seorang yang berdakwah (dai) hendaknya dilandasi oleh keikhlasan semata-mata karena Allah. Dakwah tidak boleh bertujuan untuk mendapatkan materi, status sosial, kedudukan, atau pujian dari manusia. Seorang dai harus memiliki rasa kasih sayang (rahmat) di dalam dirinya terhadap hamba-hamba Allah yang tersesat. Harus ada keinginan tulus untuk menyelamatkan mereka dari penyimpangan agar selamat dari azab Allah. Tanpa kasih sayang, seseorang tidak layak berada di jalan dakwah.

Tugas seorang dai adalah menyampaikan risalah Allah dan Rasul-Nya. Perkara diterima atau ditolaknya dakwah tersebut bukanlah urusannya. Pemberian taufik dan hidayah agar seseorang mau mengikuti seruan kebaikan adalah hak prerogatif Allah Ta’ala. Tugas seorang dai hanyalah menyampaikan risalah itu dengan penuh rahmat, kasih sayang, dan harapan akan kebaikan bagi objek dakwahnya.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55679-kaum-yang-masuk-surga-dengan-rantai/